08
Feb
09

REFORMASI: Kado Hitam Untuk Republik


amienrais-dalam

Nama Amien Rais sudah tidak asing lagi di pentas politik nasional. Politik dan Islam tampaknya sudah sangat melekat dalam diri Amien Rais. Politik disiplin ilmunya dan Islam bidang kajian yang selalu menarik perhatiannya. Empat karya penelitian ilmiahnya membuktikan hal itu, yakni “Prospek Perdamaian Timur Tengah”, “Perubahan Politik Eropa Timur”, dan “Kepentingan Nasional Indonesia dan Perkembangan Timur Tengah 1990-an” ketiganya diterbitkan oleh Litbang Departemen Luar Negeri. Satu lagi, “Zionisme: Arti dan Fungsi” diterbitkan oleh Fisipol UGM Yogyakarta.

Sebelum terlibat secara langsung di perpolitikan nasional, Amien Rais telah aktif di ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia) dan ia juga pernah menjabat ketua umum Muhammadiyah.Sebagai cendekiawan, Amien banyak dimintai pendapat soal perpolitikan nasional. Ketika itu, Amien termasuk salah satu tokoh vokal. Suaranya yang keras soal ketidakadilan kontrak eksplorasi pertambangan Freeport dan Busang membuatnyadidaulat jadi tokoh oposan.

Namun, karir politik Amien Rais sendiri baru dimulai sejak tahun 1998, dimana ia adalah salah satu pencetus dari gerakan reformasi menyusul ambruknya perekonomian Indonesia. Amien termasuk tokoh yang berdiri paling depan menyuarakan berakhirnya rezim Soeharto. Ia bahkan pernah akan menggalang people power yang akhirnya digagalkan Pangkostrad Prabowo Subianto. Tak urung posisi ini membuat nama Amien harum sebagai salah seorang tokoh kunci pergerakan reformasi.

Setelah Soeharto berhasil dimundurkan, di tahun yang sama, tepatnya tanggal 6 Agustus 1998, bersama tokoh-tokoh reformasi lainnya ia mengagas berdirinya Partai Amanat Nasional (PAN) dan menduduki posisi ketua umum. Pada SU-MPR 1999, ia nyaris menjadi presiden, setelah laporan pertanggungjawaban Presiden BJ Habibie ditolak. Poros tengah yang dimotorinya (beberapa partai Islam berkolaborasi dengan Golkar) telah menyepakati akan mencalonkannya jadi presiden. Namun ia memegang prinsip telah menjagokan Gus Dur yang akhirnya terpilih jadi Presiden RI ke-4. Ketika itu, ia benar-benar populer di pentas politik nasional, kendati perolehan suara Partai Amanat Nasional (PAN) yang didirikan dan dipimpinnya pada Pemilu 1999 hanya tujuh persen.

Usai kekalahannya dalam Pilpres 2004 (ketika itu berpasangan dengan Siswono Yudohusodo), Amien kembali ke kampus UGM Yogyakarta sekaligus mendirikan Amien Rais Center. Posisinya sebagai Ketum PAN digantikan oleh pengusaha asal Pekalongan, Soetrisno Bachir. Amien sendiri seterusnya banyak mengisi seminar atau forum-forum terbuka.

Belakangan menjelang pemilu 2009, nama Amien kembali disebut-sebut sebagai tokoh bangsa yang layak maju dalam pemilihan presiden. Partainya, PAN masih mempertimbangkan namanya untuk dicalonkan sebagai presiden. Sementara partai tetangga, PDIP juga memperhitungkan untuk menduetkannya dengan Megawati.

Tulisan di atas penulis ambil dari surat kabar online detik.com . Info selengkapnya dapat anda kunjungi: http://pemilu.detiknews.com/read/2009/01/28/152204/1075658/710/amien-rais

Dari ulasan diatas ada beberapa hal yang cukup menarik untuk diulas diantaranya: Tujuan Amien Rais menggerakkan Reformasi dan Dampak yang ditimbulkannya.

Tujuan Amien Rais menggerakkan Reformasi: Pada awalnya Reformasi menjadi tumpuan harapan bagi seluruh rakyat Indonesia. Reformasi diharapkan menjadi jembatan emas menuju sebuah kesejahteraan, terutama untuk masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan. Tapi kenyataan yang ada, langkah pertama yang dilakukan oleh Amien Rais dan beberapa tokoh lainnya adalah mendirikan Partai Amanat Nasional (PAN), dimana Amien Rais duduk sebagai ketua umumnya. Secara umum seorang ketua umum sebuah partai politik merupakan calon presiden yang akan diusung oleh parpol yang bersangkutan. Hal ini terbukti dengan ikut sertanya Amien Rais dalam pilpres 2004, yang berakhir dengan sebuah kekalahan yang cukup telak.

Kesimpulan: Tampilnya Amien Rais sebagai penggerak Reformasi hanya dalam rangka melengserkan Presiden Soeharto, sehingga membuka peluang bagi dirinya untuk menduduki posisi sebagai Presiden RI.

Satu pertanyaan yang timbul adalah: Mengapa dia gagal dalam pilpres 2004.

Gerakan Amien Rais sejak tahun 1999-2004 menunjukkan ambisi yang luar biasa untuk menjadi Presiden RI, hal ini menyadarkan para mahasiswa dan masyarakat pada umumnya tentang siapa Amien Rais yang sebenarnya. Mahasiswa merasa diperalat, rakyat merasa dikhianati. Perpaduan kekecewaan terhadap Amien Rais terwujud dalam bentuk tidak diberikannya dukungan oleh masyarakat dan mahasisiwa pada pilpres 2004.

Lebih jauh penulis menganalisa bahwa pergantian ketua umum PAN merupakan bentuk kekecewaan PAN terhadap Amien Rais yang dianggap sebagai penyebab minimnya dukungan masyarakat dan mahasiswa terhadap PAN. PAN bisa bangkit hanya bila partai ini lepas dari figur Amien Rais.

Reformasi sebagai gerakan pemburu kekuasaan hanya meninggalkan puing-puing kehancuran ekonomi bagi masyarakat menengah ke bawah. Reformasi tak lebih dari sebuah kudeta terselubung. Tak heran bila pada tahun-tahun terakhir ini para tokoh Reformasi dicap sebagai tokoh pembawa sial bagi masyarakat kecil. Tokoh Reformasi hanya bergelut dalam oper alih kepemimpinan nasional.

Yang dilupakan oleh penggerak Reformasi adalah: Masyarakat miskin tidak butuh kebebasan mendirikan parpol, masyarakat kecil tidak butuh kebebasan berbicara, masyarakat kecil butuh makan. ”Biarlah mulut ini tidak boleh bicara asal perut menjadi kenyang.”

Salam: Ki Semar


2 Tanggapan to “REFORMASI: Kado Hitam Untuk Republik”


  1. 1 joe
    Januari 27, 2010 pukul 9:50 am

    tulisan anda tentang amien rais ada benarnya, tapi tidak sedikit juga yg luput dan terkesan tendensius. Ini wajar menurut saya, mungkin karena anda kurang menguasai permasalahan atau gagal dalam melihat amien rais sebagai sebuah kesatuan yang utuh. Tulisan anda tentang mat Rais di atas ibarat anda ingin menggambarkan gajah tapi baru dalam sebatas mengatakan bahwa gajah adalah binatang yg telinganya tipis dan lebar. anda belum melihat ciri khas gajah yg sebenarnya, besar dengan belali panjang.

    Anyway, sebagai catatan saja bagi anda, saya juga termasuk orang yg kecewa dgn amien rais. ini penting agar anda tahu bahwa saya bukan pendukung fanatiknya yg membela secara membabi buta. Amien rais, seperti halnya bung karno yg kita semua banggakan, dia juga tak luput dari kesalahan2 yg meninggalkan noda hitam bagi perjalanan bangsa indonesia, tetapi tentu saja itu takkan bisa menghapus jasa dan pengorbanannya dalam membangun bangsa ini. Bagi saya, dia adalah presiden terbaik yg pernah dimiliki bangsa ini.

  2. 2 Sutrisno Handoko
    Oktober 21, 2010 pukul 10:08 am

    Saya tidak bergitu terheran-heran ketika membaca tulisan ataupun penilaian tentang seorang Amin Rais yang begitu miring ataupun jauh dari rasa keadilan. Karena memang kondisi bangsa Indonesia, termasuk bangsa penulis di Indonesia pun sangat jauh dari kesan “jujur” secara akademis karena terkontaminasi dengan berbagai ideologi dengan obyek yang dinilai. ini wajar. Namun, saya lebih senang apabila penulis lebih memosisikan sebagai pengamat yang jauh dari kontamininasi dan lebih memiliki akademis, sehingga tulisan anda menjadi lebih bernilai obyektif.
    Jika kita membandingkan, tentu kita akan menemukan hal yang sama apabila, obyek tulisan seorang Amin rais, ditulis oleh orang pro gus Dur, Atau Pro Mega, ataupun kelompok nasionalis sekuler lainnya, ataupun sebaliknya. Namun saya pribadi lebih senang untuk tidak masuk pada jebakan “ahobiyah” seperti itu yang akan menjadikan kita dangkal dalam berfikir dan tidak obyektif dalam melihat realitas sebenarnya.


Tinggalkan komentar


Aku menulis hanya sebatas nalar yang aku punya. Maka tak heran bila terkadang terkesan ugal-ugalan dan berbeda pendapat dengan anda. Salam: Ki Semar

Februari 2009
S S R K J S M
 1
2345678
9101112131415
16171819202122
232425262728