29
Sep
09

Jend. Soeharto Bukan Pengkhianat

U1528004

Tanggapan atas tulisan: “Mengkhianati Presiden Panglima Tertinggi Sukarno, Mana Mungkin Jadi Pahlawan Nasional!”

Tulisan di atas merupakan judul tajuk yang ditulis dalam kolom Ibrahim Isa yang sempat saya baca via forum interaktif kabarIndonesia. Secara singkat tajuk tersebut berisi ketidak setujuan atau penolakan atas pengusulan untuk menjadikan mantan Presiden Soeharto sebagai Pahlawan Nasional. Dasar dari penolakan tersebut dilatar belakangi adanya pengkhianatan Jenderal Soeharto (saat peristiwa terjadi) terhadap Presiden Soekarno selaku Panglima Tertinggi ABRI saat itu.

Beberapa pengkhianatan yang dilakukan oleh Jenderal Soeharto diantaranya:

Pertama: Sabotase atas pengangkatan Letnan Jenderal Pranoto Reksomamudro untuk memegang pimpinan harian AD. Hal ini dianggap sebagai pembangkangan seorang perwira AD terhadap Panglima Tertinggi ABRI.

Kedua: Penyalah gunaan Super Semar yang seharusnya berfungsi untuk mempertahankan ajaran Presiden Soekarno serta lagalitas untuk mengembalikan kondisi keamanan telah beralih fungsi sebagai Transfer of Power. Sekali lagi sebuah pengkhianatan telah dilakukan oleh Jenderal Soeharto.

Dengan adanya dua fakta diatas maka sangat tidak layak apabila mantan Presiden Soeharto diangkat sebagai Pahlawan Nasional. Lebih jauh dalam tajuk tersebut disebutkan apabila Presiden SBY mengabulkan permohonan tersebut berarti telah melakukan Political Suicide (bunuh diri politik).

Demikian sekilas makna yang tertuang dalam kolom Ibrahim Isa. Sebuah tulisan yang sangat menarik untuk dikupas dan ditulis dalam waktu yang tepat.

Dengan tidak mengurangi sedikitpun rasa hormat saya kepada penulis artikel di atas, tidak ada salahnya bila saya menulis sebuah artikel tanggapan atas tulisan pada kolom Ibrahim Isa yang saya baca via forum interaktif KabarIndonesia.

Yang perlu digaris bawahi dalam hal ini adalah tulisan ini bukan bersifat dukungan atas rencana pengangkatan mantan Presiden Soeharto sebagai Pahlawan Nasional tetapi terfokus pada penolakan argumentasi yang melatar belakangi penolakan pengangkatan mantan Presiden RI ke2 sebagai Pahlawan Nasional.

Beberapa hal yang melandasi pola pikir saya diantaranya:

Pertama: Kejelasan makna kata pengkhianat dalam konteks polititik

Kedua : Fakta di balik gagalnya pengangkatan Letjend. Pranoto Reksosamudro

Ketiga : Misteri Super Semar.

Kejelasan makna kata pengkhianat dalam konteks politik.

Turunnya Presiden Soekarno serta naiknya Jenderal Soeharto sebagai Presiden RI merupakan peristiwa / proses politik. Tidak ada kata pengkhianat dalam naik turunnya seseorang dalam jabatan politis. Semua peristiwa berdasar pada kekalahan strategi seseorang Presiden yang tengah berkuasa menghadapi goncangan atau strategi politik pihak lain yang berusaha merebut kursi kepresidenannya. Apabila setiap pergantian kekuasaan identik dengan pengkhianatan maka kita perlu bertanya bagaimana Amien Rais dkk menggulingkan Presiden Soeharto, Layakkah Amien Rais dkk disebut pengkhianat ?, atau dapatkah kita menyebut Megawati sebagai pengkhianat karena menggantikan Gus Dur yang baru beberapa saat menduduki kursi ke Presidenan ? Saya rasa tidak. Fakta yang harus kita akui adalah: Presiden Soeharto tidak sanggup menghadapi strategi Amien Rais dkk sehingga jatuh dan dilengserkan. Begitupun dengan Gus Dur, harus kita akui strategi Megawati cukup prima dan tajam. Hal ini nampak dari kemampuannya melengserkan Gus Dur yang baru memerintah seumur jagung. Demikian juga halnya dengan Presiden Soekarno. Sebagai tokoh yang handal dalam dunia politik ternyata tidak mampu membendung serangan (kalau boleh di sebut demikian) Jenderal Soeharto, sehingga lepaslah jabatan Presiden Soekarno dan digantikan oleh Jenderal Soeharto. Sekali lagi tidak ada unsur pengkhianatan dalam peristiwa ini. Yang ada adalah Strategi siapa menang atas Strategi siapa.

Fakta di balik gagalnya pengangkatan Letjend. Pranoto Reksosamudro.

Dalam kasus ini penulis melihat adanya kontradiksi keadaan. Pada saat Presiden Soekarno menetapkan Letjend. Pranoto sebagai pejabat harian pimpinan AD dan ditolak oleh Mayor Jenderal Soeharto mengacu pada 2 hal:

Pertama : Jenderal Soeharto memegang teguh ketetapan dalam Strukur Komando AD yang menyebutkan bahwa: Apabila Panglima AD berhalangan maka komando sementara Angkatan Darat di pegang oleh Panglima Kostrad. Maka sangat wajar apabila Mayjend. Soeharto (pada saat itu) sebagai Pangkostrad menolak keputusan Presiden Soekarno. Satu catatan disini adalah latar belakang Presiden Soekarno yang bukan dari kalangan militer seringkali menimbulkan kesalahan dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan komando baik di AD, AL, AU maupun Kepolisian. Sehingga saya memandang tidak ada unsur “Pembangkangan” yang dilakukan oleh Jenderal Soeharto. Yang ada adalah meluruskan serta menegakkan aturan Komando di tubuh AD.

Kedua : Apabila kita menggunakan logika bahwa keputusan Presiden Soekarno didasarkan atas kondisi darurat, sehingga mengabaikan Struktur Komando AD maka yang perlu dipertanyakan : Mengapa jika Presiden Soekarno menganggap Jenderal Soeharto sebagai pembangkang tidak melakukan tindakan tegas. Baik berupa sanksi bahkan pemecatan terhadap Jenderal Soeharto. Hal ini bukan suatu yang mustahil bagi Preiden Soekarno, mengingat saat itu ia berposisi sebagai Presiden RI dan Panglima Tertinggi ABRI. Ada misteri dibalik fakta ini. Misteri tersebut pernah saya kupas dalam artikel yang berjudul: Soeharto Putera Mahkota Soekarno. Dapat di baca di: harian Kabar Indonesia, http://www.kabarindonesia.com atau di http://www.semarwarta.blogdetik.com

Misteri Super Semar:

Penyimpangan pelaksanaan Super Semar (bila benar) sering kali dijadikan alasan untuk mendiskreditkan naiknya Jenderal Soeharto sebagai Presiden RI ke 2 menggantikan Presiden Soekarno. Untuk menganalisa masah tersebut Penulis akan menampilkan fakta sejarah yang sempat penulis analisa diantaranya:

– Istilah Transfer of Power dalam kaitan dengan Super Semar pernah disinggung oleh Presiden Soekarno dalam Pidato kenegaraan pada saat peringatan hari Proklamasi Kemerdekaan RI. (kunjungi: Youtube dengan kata kunci: Pidato Presiden Soekarno). Presiden Soekarno bukanlah tipe Presiden yang terbiasa menunda mengambil keputusan. Dekrit Presiden untuk membubarkan Dewan Konstituante dan penunjukan Letjend. Pranoto sebagai pejabat harian di lingkup AD merupakan bukti kecepatan Presiden Soekarno dalam mengambil keputusan (terlepas benar atau tidaknya keputusan yang diambil) menghadapi situasi politik di Indonesia. Terlebih apabila kondisi tersebut menyangkut posisinya sebagai Presiden RI. Secara logika Presiden Soekarno akan segera mencabut Super Semar dari tangan Jenderal Soeharto dan akan mengambil alih Komando Pengembalian Ketertiban dan Keamanan langsung dibawah kendali Presiden Soekarno sebagai Panglima Besar Revolusi dan Panglima Tertinggi ABRI.

– Kabar yang beredar belakangan juga menyebutkan bahwa Super Semar ditandatangani oleh Presiden Soekarno di bawah ancaman senjata 3 Jenderal utusan Jenderal Soeharto. Yang ada dalam pikiran penulis sat ini adalah: Super Semar di keluarkan pada saat Presiden Soekarno masih menjabat sebagai Panglima Tertinggi ABRI. Apabila hal tersebut benar-benar terjadi mengapa Presiden Soekarno tidak mengeluarkan perintah penangkapan Jenderal Soeharto beserta 3 utusannya, andaipun Jenderal Soeharto telah menguasai semua elemen AD masih ada 3 kekuatan yang dapat di komando aleh Presiden Soekarno AL, AU dan Polri. Sekali lagi sebuah misteri telah terjadi disini. Dan hanya Presiden Soekarno dan Jenderal Soeharto yang tahu jawabannya.

Dari fakta di atas penulis menarik kesimpulan bahwasanya peralihan kekuasaan dari Presiden Soekarno kepada Jenderal Soeharto bukan sebuah proses kudeta ataupun pengkhianatan. Terlalu dini bagi kita sebagai generasi penerus untuk menarik kesimpulan fakta dibalik proses alih kepemimpinan nasional dari Soekarno kepada Soeharto.

Realita yang dapat kita terima adalah keduanya merupakan tokoh besar yang pernah ada di Republik ini. Terlepas dari berbagai kelemahan yang dimiliki oleh Soekarno dan Soeharto sebagai manusia biasa, setidaknya kita telah mengenyam berbagai kenyamanan atas jerih payah keduanya.

Soekarno mengantar kita menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat, sementara Soeharto telah meletakkan dasar-dasar perekonomian dan pembangunan negeri ini.

Salam: Ki Semar.


12 Tanggapan to “Jend. Soeharto Bukan Pengkhianat”


  1. September 29, 2009 pukul 11:49 pm

    mental orang Indonesia yang sulit sekali hilang…
    mengahiri argumen dengan aman seolah tak pernah terjadi apa2…
    sungguh bukan cara yang bijak dalam menghormati sejarah bangsa…

    best rgds

  2. September 30, 2009 pukul 1:19 pm

    Tanggapan untk sdr: Jaya Gila.

    Dan lebih tidak bijak lagi apabila kita hanya memandang sisi negatif seorang tokoh dan manutup mata atas segala kebaikannya.

    Kapan kita akan menjadi bijak.

    Salam: Ki Semar

  3. Desember 10, 2009 pukul 4:02 pm

    sepositif apapun suharto tetap pembunuh bagi saya, dia tidak pernah berpikir bagaimana sengsaranya keluarga perwira yg dia jebloskan kepenjara dgn dalil terlibat G30S/PKI, sedangkan itu hanya fitnahan dia belaka, untuk mencapai idealisme nya dia duduk di ke presidenan…
    tdk mudah mengobati sakit hati ini…

  4. Desember 10, 2009 pukul 5:03 pm

    apakah anda salah satu keluarga perwira yg terfitnah juga ki semar??

  5. Desember 15, 2009 pukul 1:40 am

    Untuk masalah penjeblosan orang-orang kedalam penjara saya sangat sependapat dengan sdr. Black.
    Namun yang harus dijawab oleh sejarah adalah seberapa kejam Soeharto dibanding orang-orang yang menjilat Soeharto. Dan yang perlu kita cermati adalah “Apa perintah Soeharto terhadap bawahannya, dan bagaimana bawahan tersebut menjalankan perintah Soeharto” Tepat ataukah berlebihan.

    Salam Hormat: Ki Semar

  6. 6 Rita Ratnawati
    Desember 24, 2009 pukul 4:09 am

    Komunis memberontak bukanlah sebuah fitnah, sebagai keluarga santri yang lahir didaerah madiun ada beberapa keluarga kami yang menjadi korban penculikan dan pembunuhan yang dilakukan komunis tahun 1948, menurut almarhum kakek saat itu tak ada laki-laki yang berani tidur didalam rumah..melainkan ditegalan dibawah daun talas, dibawah pagar, dikalenan dibawah bis saluran air atau berkumpul dilanggar untuk menghindari penculikan dan pembunuhan yang dilakukan oleh komunis. Kakek juga menceriterakan para santri dan ulama dikumpulkan di gudang pabrik gula madiun kemudian di bunuh dengan cara diberondong senapan dan darah yang mengalir keluar dari sela-sela pintu bawah gudang setinggi mata kaki, saat itu ada seorang yang selamat karena posisi duduknya tepat dibawah jendela. Kisah mengerikan lainnya adalah para muslim disekap didalam gerbong kereta sampai mereka semua mati lemas dan dehidrasi kecuali dua orang yang selamat karena saling meminum air kencing. Kalau keluarga saudara Black merasa terfitnah dengan peristiwa G 30 S/PKI, ini hal yang sulit terhindari dalam suatu proses pembersihan dari komunis karena situasi memang sangat complicated, rasa iri, dendam tetangga saja dapat membuat kita kehilangan anggota keluarga dan tercap sebagai komunis. Benar juga kata Ki Semar bahwasanya seringkali bawahan terlalu berlebihan dalam menjalankan perintah atasan dan itu juganya bukan tanpa tendensi (mental ngathok, ngraphek-ngraphek, njilat yang sampai kini terus membudaya).

  7. Januari 2, 2010 pukul 1:15 am

    Pas sekali, itu fakta yang ada.
    Saat itu angin sedang mengalir sejuk kearah Soeharto, sehingga banyak orang khususnya tentara
    memberikan layanan terhadap jenderal soeharto, bahkan sangat berlebihan.
    Tapi itulah sejarah politik. Mudah-mudahan kita makin dewasa dalam melikahat dan mengambil hikmah dari sejarah masa lau.

  8. 8 denny
    Oktober 21, 2010 pukul 7:45 am

    saya setuju dengan ki semar, walaupun sebagai generasi yang lahir di tahun 80 an, menurut saya pak harto layak untuk dijadikan sebagai panutan, dengan strateginnya di luar maupun didalam negri,indonesia dihargai era soeharto itu harus diakui, di segala bidang pada waktu itu negara kita cukup menonjol, kalau bicara mengenai korupsinya, kita sudah tahu hampir 90% saya rasa orang indonesia pernah terlibat itu,seperti ayah, kakek, bahkan ibu kita, apakah karena itu kita tidak menghormati beliau contoh kecil sogok untuk tilang polisi, jadinya seperti artis yang berteriak jangan membeli kaset bajakan, cuma dia sendiri nonton film dvd bajakan, cd playstation bajakan jadi jangan munafiklah !!!!!!! tanpa panjang lebar lagi saya sebagai manusia indonesia bangga akan sosok beliau,yang pernah lahir di negri tercinta ini,lupakan dendam masa lalu karena hal itu dapat membuat indonesia sekarang tambah mandek tertinggal dari ipin dan upin…. betul betul betuuuuul…….

  9. 9 Andri Zulfikar
    Oktober 26, 2010 pukul 3:55 pm

    Sepakat sekali Ki Semar.

    Soeharto bukan pengkhianat.

    Bangsa yang besar pasti akan menghargai jasa para pendiri negara ini.

  10. Mei 1, 2012 pukul 8:12 am

    Suharto adalah pahlawan kapitalis amerika.tema dari pembantaian massal th1965 adalah ambisi amerika guna menguasai kekayaan alam Indonesia,lewat penjarahan secara legal dg pintu masuk perjanjian kerjasama yg isi kesepakatannya tidak adil,ayat ayat setan itu dinamakan KONTRAK KARYA.(sumber;LISA PEASE/google),sepertinya G30S bukan tentang kudeta,tapi lebih gawat,imperialisme,kolonialisme terselubung.visi dan missi imperialisme;gold/papua,glory/new world order,gospel/menyebarkan agama,bunuh selainnya,genocide,apa agama simpatisan PKI?buruh tani?kaget?sama?kita diadu domba ketika itu.hingga sekarang perang Irak,isu terorisme,

  11. 11 anang
    April 15, 2014 pukul 7:07 pm

    Apa namanya yang menjual beras yang seharusnya diperuntukan buat pengungsi dan pejuang? Siapa yang menyuruh untuk mengambil supersemar di bogor?

  12. 12 pakdewin
    Agustus 8, 2014 pukul 11:55 am

    Kalau membaca buku pak Harto,the Untold Story, maka nampak bahwa beliau sebagai pimpinan yang memikirkan Indonesia, yang membuat susah adalah kelakuan jendral-jendral yang ada di kiri kananya, mereka banyak mengambil keuntungan dengan cara2 tak terpuji. Ketika menjadi presiden, beliau bekerja dengan penuh tanggung jawab.


Tinggalkan komentar


Aku menulis hanya sebatas nalar yang aku punya. Maka tak heran bila terkadang terkesan ugal-ugalan dan berbeda pendapat dengan anda. Salam: Ki Semar

September 2009
S S R K J S M
 123456
78910111213
14151617181920
21222324252627
282930